baru-baru ini marak di beritakan di media madalah rhoma irama mencalonkan diri sebagai capres,apakah beliau layak menjadi pemimpin bangsa ?? apakah hanya dengan kepopuleran dapat memimpin bangsa ??
Aliansi Nasionalis Indonesia(Anindo) menyatakan, Indonesia membutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat secara politik, pemerintahan dan kuat di bidang media. Tapi, lebih utama lagi, pemimpin tersebut adalah tokoh yang paham terhadap cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 serta memiliki benang merah cita-cita para pendiri bangsa.
“Pemimpin Indonesia ke depan mutlak mengenal amanat penderitaan rakyat sebaik-baiknya. Tidak hanya sekedar dikenal atau populer karena digarap atau ditokohkan oleh lembaga pembentuk citra yang sarat dengan kepentingan komersial,” kata Dewan Pembina Anindo Hadidjojo Nitimihardjo dalam keterangannya, Jumat (31/5/2013).
Hadidjojo menambahkan, partai-partai politik yang ada sekarang, seharusnya melakukan rekrutmen yang bagus, sehingga melahirkan elit-elit partai yang bersih. Sebab, peranan parpol begitu dominan dalam menentukan pejabat-pejabat pemerintah mulai dari pusat sampai pejabat di daerah. jadi bukan hanya karena kepopuleran mereka.
Memang Mencari seorang pemimpin yang tepat tidaklah
mudah, kewajiban kita sebagai anak bangsa adalah berusaha memilih
pemimpin yang terbaik dari yang baik di segala level kepemimpinan, karna
baik tidaknya pemimpin secara langsung ataupun tidak langsung pasti
berimbas pada apa yang di pimpinnya. Sebelum menentukan pilihan dalam
mencari seorang pemimpin kita harus mengetahui kriteria – kriteria dari
seorang pemimpin yang ideal, yang secara garis besar adalah
: 1. Sidiq (Jujur) 2. Tablig (menyampaikan) 3. Amanah, 4. Fathonah
(Cerdas), yang berarti seorang pemimpin harus memiliki integritas,
kredibilitas, moralitas, kapabilitas dan transparan dalam setiap
kebijakannya, karena “Jika Urusan Diserahkan Pada Yang Bukan Ahlinya,
Tunggulah Kehancurannya”. Kepada para calon – calon
pemimpin hendaknya dapat mengukur diri dan berfikir bahwa kepemimpinan
atau jabatan adalah amanah yang sangat berat dan merupakan bentuk dari
sebuah pengabdian serta tanggung jawab, bukan sebuah kesempatan untuk
mencari kekayaan dan kemuliaan.
Mungkin sebagian besar dari kita merasa
lelah, mengabaikan dan menggangap tidak penting untuk menggunakan hak
kita dalam memilih para pemimpin, “toh siapapun pemimpinnya tidak akan
banyak pengaruhnya terhadap kita” celetuk si Lica, sebuah ungkapan
pesimis yang sering kita dengar, sebuah ungkapan yang timbul karena ulah
para oknum - oknum pemimpin kita yang lebih sibuk memperkaya diri dan
kelompoknya dibandingkan bekerja untuk mensejahterakan rakyatnya. Memilih
pemimpin lebih dari sebagai sebuah hak, memilih pemimpin adalah sebuah
usaha kita semua sebagai pribadi – pribadi untuk menentukan siapa
pemimpin kita, “….Sesungguhnya Allah Tidak Akan Merubah Keadaan (Nasib)
Suatu Kaum, Sehingga Mereka Merubah Keadaan (Nasib) Yang Ada Pada Diri
Mereka Sendiri….”, dalam konteks memilih para pemimpin sudah
saatnya kita memilih benar – benar menggunakan akal dan pikiran
berlandaskan hati nurani, bukan sekedar karena adanya aspek kesukuan dan
kedekatan pribadi atau karena adanya kepentingan serta tujuan – tujuan
sesaat yang menguntungkan pribadi atau golongan, yang malahan nantinya
akan menyengsarakan adik – adik, anak – anak dan cucu – cucu kita, hanya
karena kesalahan kita dalam memilih para pemimpin.
Tak ada gading yang tak retak, tidak ada
manusia yang sempurna begitu pula para calon pemimpin kita, untuk itu
pilihlah calon pemimpin yang memiliki atau mendekati kriteria – kriteria
sebagai seorang pemimpin yang ideal, paling tidak para calon pemimpin
tersebut harus memiliki rekam jejak yang baik, visi, misi dan program
rencana kerja yang tepat, masuk akal dan jelas, agar kiranya calon
pemimpin yang kita pilih tersebut dapat membawa perubahan dalam segala
sendi kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik.
0 comments:
Post a Comment